Friday, March 9, 2012

Dont blame others when they put you in the corner

Hal tidak baik yang aku sendiri sudah eneq ngeliatnya, tapi aku sendiri masih perlu belajar : pada saat terjadi masalah, dan kita dipojokkan oleh situasi atau orang-orang, kita cenderung menyalahkan orang lain.
Itu sering terjadi dilingkungan sekitarku, memang kecenderungan seperti itu.

Sebenarnya untuk apa sih masalah seperti itu ada? Aku pikir untuk membentuk karakter kita. Hal lain yang aku dapat adalah, pada saat kita terpojok dan tidak menyalahkan orang lain, kita akan belajar sesuatu yang berharga untuk kita, menambah nilai plus kita sendiri. Sebaliknya, pada saat kita semakin terpojok semakin kita menyalahkan orang lain, orang lain yang akan belajar tentang kita, yang pasti kita nilai kita menjadi minus dimata mereka.

Hal lain adalah "pojok" gak selalu tempat yang buruk. Pojok buat aku adalah tempat untuk merenung, untuk mencari inspirasi, untuk mengevaluasi diri sendiri. Tempat tenang dimana aku bisa relax dan menikmati hidupku, more privacy dll.

Yah gitu sih, pada saat kita ditempatkan dalam situasi, enak or gak enak, aku percaya bahwa itu bukan hal yang kebetulan. Ada pembelajaran yang bisa kita ambil, dan kita bisa mengevaluasi diri kita sendiri. Tapi semua itu tergantung dengan apakah kita mau mengambil pelajaran itu, atau menyalahkan orang lain and miss pelajaran penting itu :)

Tantangan menjaga hati

Hari ini aku lagi ngantri di tempat makan. Tempat ini selalu ramai dikunjungi orang, antriannya bisa panjang seperti ular naga.
Aku lumayan sering makan disitu karena tempatnya pas dibawah kantorku. Plus rasa dan jenis makanannya seperti makanan Indonesia. Masakannya banyak macamnya, biasanya kita tunjuk saja untuk memilih.

Hari ini pada saat saya sedang dalam antrian, 3 pelayannya terlihat sangat sibuk karena antrian sudah mulai panjang. Dan kadang orang yang hendak dilayani sedang mengobrol sehingga pada saat si pelayan menanyakan mereka ingin apa, pembeli tidak mendengar. Si pelayan terlihat marah sekali, dan berteriak-teriak "hoiiii !! HOIII!!" dengan matanya yang melotot seperti hampir copot.

Selain itu ada seorang lagi, sepertinya bukan orang dari daerah sini sehingga tidak mengenal bagaimana cara si pelayan melayani pembeli.
Pada saat si pelayan bertanya dengan setengah berteriak, makan ? or bungkus? orang itu gak mengerti hanya menggangguk-angguk dan bilang ya makan.
Waktu sipelayan mengambil piring, orang ini bilang "bungkus" . langsung deh si pelayan teriak-teriak marah-marah, tadi bilang makan, iya, sekarang bungkus. Aku gak tega ngeliat orang yang dimarahi itu dengan wajahnya yang polos dan gak tau apa-apa. Dia hanya senyum dan merasa gak enak dimarahi didepan banyak orang.

Aku heran, mereka pelayan, tapi tingkahnya seperti raja. Dan seperti gak ada sopan santunnya sama sekali. Aku ga mau judge cuma kasian sama orang-orang yang dimarahi. Kayak gak dihargai gitu.

Kalau dipikir, hidup manusia itu rentan banget, coba bayangkan, kita gak melakukan kesalahan apa-apa tau-tau bisa dimarahi, diteriaki orang, pastilah ada sedikit sakit hati kalau kita diperlakukan seperti itu.

Maka terkadang sulit jaga hati dan jaga perasaan kita, mungkin itu tantangannya ya.
Gak peduli orang lain seperti apa, yang penting adalah bagaimana kita meresponinya.

Hanya hatiku (dan kamu)

Kamu, masih kamu dan bayanganmu yang selalu muncul di pikirianku. Bahkan setelah semua berlalu 3 tahun yang lalu. Dan sekarang aku harus bagaimana? bisakan kau memberitahuku?

Aku pernah hancur namun kini hatiku tegar bagai baja. Tapi sedikit saja kau menyentuhnya, baja itu akan hancur berkeping-keping. Namun aku tak peduli, sentuh saja, biarkan baja itu hancur berkali-kali dan aku akan terus siap untuk membangunnya kembali.

Tara tersenyum saat pikirannya melayang pada Andi. Lagi-lagi Andi, namun memang hanya nama dan wajah itu yang selalu muncul dalam pikirannya. Pria yang 3 tahun lalu pernah memenuhi hari-harinya, membuatnya selalu bahagia. Bahkan sampai setelah dia pergi, Tara masih bahagia bila memikirkannya. Bahagia dalam kesedihannya.

"Tara.. " suara tegas menghentikan lamunan Tara. Tara tergagap mengingat dengan siapa ia berada sekarang.

"Ya.. ya? sorry" Tara tersenyum kepada pria didepannya.

"Kok melamun?" pria didepannya tersenyum lembut, tanganya perlahan menggenggam tangan Tara. Tanpa sadar Tara menarik tangannya menghindar.

"Umh.. sorry.. aku ke toilet sebentar ya" Tara berdiri meninggalkan pria itu, dengan langkah cepat menghampiri toilet.

Tara memandang wajahnya dikaca toilet, resah. Ia tak tau harus bagaimana, waktu yang diberikan kepadanya sudah habis, dan hari ini ia harus menjawab pernyataan pria tersebut untuk menjadi kekasihnya.

Tapi tidak, Tara bahkan tak mampu memikirkannya. Memikirkan ia bersama pria lain, sementara benaknya terus berkelana dengan Andi.

Tara terdiam, dikeluarkannya HP nya, ia mencari sebuah nama dan menekannya.

"Halo.. " suara wanita diujung sana terdengar mengantuk. Baja di hati Tara kembali hancur berkeping-keping. Tara tertunduk dan menangis, bahunya yang mungil bergerak naik turun. Lalu ia berlari meninggalkan restaurant itu. Memacu mobilnya ke apartemennya. Tempat dimana ia bisa menangis dengan bebas.

Tangisnya sudah berhenti, Tara termangu. Hp nya berkedip-kedip, nama pria yang ditinggalkannya di restaurant terlihat. Tidak, Tara berharap seseorang yang lain yang mencarinya, bukan pria ini.

HP nya berkedip lagi masih dengan nama yang sama. Tak tahan ia pun mengangkatnya.

"Tolong jangan ganggu aku.. "

"Tapi, Tara kamu kenapa?"

"Please.."

"Baiklah.. tolong hubungi aku kalau kamu.. "

Tara memutuskan sambungan sebelum pria itu menyelesaikan kalimatnya.

Tiba-tiba HP nya berkedip, dengan nama yang diharapkannya tertera disitu, Andi. Tara tersenyum.. ia menghentikan tangisnya. Menjernihkan tenggorokannya. Lalu perlahan menerima sambungan itu.

"Halo.." jawab Tara perlahan.

"Halo Tara, tadi kamu telepon?"

"Iya.. sorry ganggu"

"Nggak donk... kamu lagi ngapain? tadi adikku perempuanku yang mengangkat telepon"

Tara tersenyum mendengarnya, hatinya pun ikut tersenyum, ia bahagia ditengah baja hati yang berserakan.

Pembicaraan berlangsung singkat karena Andi sedang sibuk, namun pembicaraan singkat itu mampu membuat Tara berbunga-bunga. Ia bahagia.

Tara tau, Andi tidak akan berpaling kembali kepadanya. Tara menyadari kalau mungkin saat ini Andi sudah punya kekasih. Tara tidak peduli, dan ia tak ingin tau. Tara takut hatinya hancur. Tara tau Andi selalu menjaga perasaanya, tidak pernah memberitahunya kalau dia sudah punya seseorang lain ataupun belum. Tara tau Andi merasakan cinta Tara kepadanya.

Biarlah, mencintainmu membuatku bahagia..

ooOoo

Di tempat lain Andi segera mematikan teleponnya ketika kekasihnya menghampirinya. Dalam hatinya terbersit sedikit kesedihan. Mengingat Tara mantan kekasihnya, yang sampai sekarang Andi tau kalau Tara masih mengharapkannya. Andi sadar, bahwa ia tidak pernah dicintai sebesar cinta Tara kepadanya. Tapi masa lalu adalah masa lalu buat Andi. Dan ia menikmati hubungan dengan kekasihnya sekarang. Namun ia tetap sadar, Tara selalu ada mencintainya...

Tara.. disudut hatiku, dimana terdapat kesedihan dan kebahagiaan terdalamku.. disanalah kamu berada...

*singapore, 19 January 2010*
h

Thursday, March 8, 2012

Bicaralah Padaku..

Aku sudah memohon, menangis dan berteriak. Aku sudah berlutut dihadapanmu.. yang aku inginkan hanyalah kau bicara lagi padaku. Tapi tidak, itu tidak terjadi. Kau tidak mau bicara lagi padaku. Bahkan saat aku berada dekatmu, kau mengacuhkanku, bahkan tidak melihat sedikitpun padaku. Betapa kejamnya... padahal minggu lalu kau masih bilang kau sayang padaku. Kau bilang kau cinta padaku, dan kau janji tak akan meninggalkan aku. Tapi sekarang?

Kayla termenung, dari kejauhan ia melihat Ruben yang sedang memandang ke luar jendela kelas. Rupanya dosen favoritnya sudah tak lagi mampu menarik perhatiannya. Kayla mengikuti pandangan mata Ruben, namun tak ada apa-apa diluar jendela. Hanya langit yang sedikit kelabu, tak menarik.
Ruben, yang seminggu lalu masih miliknya. Yang seminggu lalu masih selalu bersamanya, kini hanya raganya, pikirannya terlihat sudah hilang entah kemana. Kalya merasa dadanya sakit, sakit sekali.. Aku kangen Ruben.. aku ingin memeluknya lagi.. aku ingin Ruben ..



ooo



Dua minggu berlalu, tak ada perubahan sikap Ruben terhadapnya. Ia tetap cuek, bahkan melihatpun tidak. Kayla kini hanya terdiam, airmatanya sudah kering. Tak ada lagi yang menetes, kering bersama hampanya hati. Tak ada lagi rasa, sakit itu sudah menguasai seluruh tubuh. Kayla terdiam, sorot mata terluka memandang tubuh Ruben yang kita terlihat semakin kurus.
Kayla melihat Ruben, Ruben hanya melihatnya sepintas. Ia ingin merengkuh tubuh itu, ingin memeluknya erat . Lalu Kayla melangkah.. melangkah pelan.. pergi..
Ragu, ia pun berbalik sekali lagi menghadap Ruben, dan sekali lagi memohon..
"Bicaralah padaku.... aku mohon, untuk yang terakhir kali" Kayla menunggu. Tak ada jawaban.
Kalya tau, Ruben tidak akan pernah bicara lagi padanya....
Kayla berlari, pergi dalam isaknya.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Ruben melangkah lambat menuju sebuah toko bunga disudut jalan. Ia membeli serangkai bunga mawar putih kesukaan kekasihnya.
"Untuk pacar ya?" sang penjaga toko bunga menggoda, sambil tangannya sibuk menyiapkan rangkaian bunga untuk Ruben.
"Iya"
"Wah, mau tambah kartu? jadi kamu bisa tulis sesuatu untuk pacar kamu"
Ruben berpikir.. lalu mengangguk. Ia pun memilih sebuah kartu mungkin berwarna perak dan pink. Ia pergi ke sudut dan mulai menulis kartunya.
Dear Kayla.. begitu Ruben memulai tulisannya.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Kayla sudah memutuskan untuk pergi. Mungkin memang sudah saatnya ia membiarkan Ruben sendiri, dan membiarkan dirinya menerima kenyataan. Meskipun semuanya teramat sakit. Kayla merasa dadanya nyaris meledak. Tidak.. ia tidak ingin menangis lagi.
Kayla berjalan lambat menuju tempat terakhir yang ingin dikunjunginya sebelum pergi. Dan ia tersentak melihat serangkaian mawar putih tergeletak manis. Ia berlari.. berlari menghampiri rangkaian mawar itu. Ia menghirup dalam-dalam wangi mawar putih itu. Ia mencoba menyentuhkan dengan ujung jemari.. Dan .. ia melihat kartu itu.
Kayla tak dapat lagi menahan tangisnya, ia menangis, meraung, memohon Ruben untuk kembali. Namun ia sadar, Ruben tak pernah pergi.. Ia yang sudah pergi.

Dear Kayla..
Beberapa minggu sudah berlalu sejak kepergianmu
aku merindukanmu.. sangat..
Dan aku bisa merasakan kau selalu ada didekatku
Kayla, mengapa kamu meninggalkan aku?
padahal aku sangat mencintaimu?
tapi aku bahagia, sekarang kau sekarang sudah bebas dari kanker sialan itu
aku harap kamu bisa berbahagia disana
ada dan tiada dirimu,
aku selalu disini mencintaimu
-Ruben-



Sekali lagi Kayla harus menerima kenyataan, ia memandang pusara marmer dengan salib besar ditengahnya. Ia kini membaca tulisan di pusara tersebut. Mencoba menajamkan mata dan membacanya, Kayla menjatuhkan tetes terakhir air matanya dan hatinya berusaha menerima...



RIP
Kayla Natalia
4 Mei 1988 - 30 Agustus 2010

Malaikat vs Secangkir Kopi







Malaikat putih mencoba menyeruak manusia-manusia yang berjalan. Hari Senin pagi, tentu saja daerah perkantoran itu ramai oleh manusia. Malaikat itu melaju bersama manusia-manusia itu, mata hatinya memperhatikan, mencari-cari sesuatu.
Tiba-tiba ia berhenti, memperhatikan seorang wanita berpenampilan biasa. Ya, biasa, penampilannya polos. Sikap kurang percaya diri, tatapannya memandang kesana kemari kagum kepada wanita-wanita bergaya profesional yang berlalu lalang disitu.
Sang Malaikat terus memperhatikan sang wanita, memandang jauh ke dalam dirinya. Wanita yang baik, ia bisa mencintai sepenuhnya. Hanya saja kesempatan itu belum datang, mungkin sekarang waktunya..
Sang malaikat kembali mencari, berkeliling menembus ratusan manusia yang berlalu lalang. Seorang pria tampan dengan segelas espresso ditangannya. Sangat tampan dan percaya diri, meskipun ada yang hilang. Hatinya seperti tersakiti. karena wanita yang terlalu cantik, yang akhirnya meninggalkannya demi seorang pria lain.
Sang malaikat mencoba mencerna, pria yang tersakiti oleh wanita. Terlalu banyak wanita, yang hanya menginginkan kesenangan dan harta. Lalu malaikat itu tersenyum kecil dan mengepakan sayapnya mendekat.
Wanita berpenampilan biasa itu terus berusaha menembus orang-orang yang berlalu lalang didepannya, ia tak terburu waktu, tapi banyaknya orang-orang membuatnya bingung, sehingga tak diperhatikannya jalanan di depannya.
Dari arah lain sang pria berjalan menunduk, sambil sesekali menghirup kopinya. Pikirannya bercabang membuatnya tak bisa berkonsentrasi.
Lalu...
Brukkk...
Tak terelakan lagi keduanya bertabrakan. Espresso yang dibawa pria itu tumbah mengenai tumpukan kertas yang dibawa si wanita.
"Maaf.. maaf" kata sang pria sambil memunguti kertas-kertas sang wanita."Aduh.. aduh, kertas ini sangat penting. Bahan untuk meeting hari ini" sang wanita ikut memungut kertas-kertasnya. Gugup dan panik.
Sang pria mengangkat kepalanya, merasa bahwa sebentar lagi sang wanita akan memaki-makinya karena telah membuat berkas-berkas penting itu basah. Sang malaikat bersiap-siap untuk memberikan bubuk cinta pada sang pria, agar ia bisa jatuh cinta pada wanita yang baik namun biasa-biasa saja. Tapi sebelum menaburkan bubuk itu sang malaikat terhenti.
"Tidak apa-apa, aku juga salah" kata wanita itu sambil tersenyum lembut. Sang pria terkagum. Bukan, wanita itu tidaklah terlalu cantik. Ia biasa-biasa saja.
Namun karena 'biasa-biasa' sang pria tersebut jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Kita keringkan kertas-kertasmu di coffee shop sudut jalan ya?" kata sang pria tersenyum hangat.

Sang malaikat tersenyum saat melihat keduanya memasuki coffee shop di sudut jalan itu. Ia pun memasukan kembali bubuk cintanya. Lalu mengepakan sayapnya lembut menjauhi dua manusia tersebut.
Kekuatan malaikat untuk menyatukan cinta kalah oleh kekuatan secangkir kopi hari ini, pikir sang malaikat sambil terus tersenyum.
Ah cinta memang tak bisa ditebak ya.. datang tak dijemput, pulang tak diantar (lho, itu jelangkung ya?)

Tuesday, March 6, 2012

Apa mimpiku?

Kemarin aku ngobrol sama temenku, terus aku nanya dia, apa sih mimpinya?
Terus dia cerita, gini gini gini.. dan aku lihat keadaan dia sekarang, dia ada dalam tahan merealisasikan mimpinya. Lalu dia nanya aku, apa mimpiku?

Aku sendiri bingung, bukan karena aku gak punya mimpi, aku punya, cuma aku ga tau mana yang bisa terealisasi ato nggak. Dan aku sekarang gak dalam proses meraih satupun dari mimpiku itu.
Aku jadi mikir, kok keadaanku begini ya, rasanya kering, rasanya gak tau ke arah mana aku harus melangkah, sekarang aku cuma kaya kapas ditiup angin aja terbang kemanapun angin membawa.
Bener-bener tanpa tujuan. Hidup itu seharusnya gimana sih? kok aku jadi bingung sendiri... :S

Kau Yang Terindah

Kau yang terindah di dalam hidup ini
Tiada Allah Tuhan yang seperti Engkau
Besar perkasa penuh kemuliaan

Kau yang termanis di dalam hidup ini
Kucinta Kau lebih dari segalanya
Besar kasih setiaMu kepadaku

Kusembah Kau ya Allahku
Kutinggikan namaMu selalu
Tiada lutut tak bertelut
Menyembah Yesus Tuhan Rajaku

Kusembah Kau ya Allahku
Kutinggikan namaMu selalu
Semua lidah kan mengaku
Engkaulah Yesus Tuhan Rajaku

*songwriter : Robert & Lea Sutanto