Malaikat putih mencoba menyeruak manusia-manusia yang berjalan. Hari Senin pagi, tentu saja daerah perkantoran itu ramai oleh manusia. Malaikat itu melaju bersama manusia-manusia itu, mata hatinya memperhatikan, mencari-cari sesuatu.
Tiba-tiba ia berhenti, memperhatikan seorang wanita berpenampilan biasa. Ya, biasa, penampilannya polos. Sikap kurang percaya diri, tatapannya memandang kesana kemari kagum kepada wanita-wanita bergaya profesional yang berlalu lalang disitu.
Sang Malaikat terus memperhatikan sang wanita, memandang jauh ke dalam dirinya. Wanita yang baik, ia bisa mencintai sepenuhnya. Hanya saja kesempatan itu belum datang, mungkin sekarang waktunya..
Sang malaikat kembali mencari, berkeliling menembus ratusan manusia yang berlalu lalang. Seorang pria tampan dengan segelas espresso ditangannya. Sangat tampan dan percaya diri, meskipun ada yang hilang. Hatinya seperti tersakiti. karena wanita yang terlalu cantik, yang akhirnya meninggalkannya demi seorang pria lain.
Sang malaikat mencoba mencerna, pria yang tersakiti oleh wanita. Terlalu banyak wanita, yang hanya menginginkan kesenangan dan harta. Lalu malaikat itu tersenyum kecil dan mengepakan sayapnya mendekat.
Wanita berpenampilan biasa itu terus berusaha menembus orang-orang yang berlalu lalang didepannya, ia tak terburu waktu, tapi banyaknya orang-orang membuatnya bingung, sehingga tak diperhatikannya jalanan di depannya.
Dari arah lain sang pria berjalan menunduk, sambil sesekali menghirup kopinya. Pikirannya bercabang membuatnya tak bisa berkonsentrasi.
Lalu...
Brukkk...
Tak terelakan lagi keduanya bertabrakan. Espresso yang dibawa pria itu tumbah mengenai tumpukan kertas yang dibawa si wanita.
"Maaf.. maaf" kata sang pria sambil memunguti kertas-kertas sang wanita."Aduh.. aduh, kertas ini sangat penting. Bahan untuk meeting hari ini" sang wanita ikut memungut kertas-kertasnya. Gugup dan panik.
Sang pria mengangkat kepalanya, merasa bahwa sebentar lagi sang wanita akan memaki-makinya karena telah membuat berkas-berkas penting itu basah. Sang malaikat bersiap-siap untuk memberikan bubuk cinta pada sang pria, agar ia bisa jatuh cinta pada wanita yang baik namun biasa-biasa saja. Tapi sebelum menaburkan bubuk itu sang malaikat terhenti.
"Tidak apa-apa, aku juga salah" kata wanita itu sambil tersenyum lembut. Sang pria terkagum. Bukan, wanita itu tidaklah terlalu cantik. Ia biasa-biasa saja.
Namun karena 'biasa-biasa' sang pria tersebut jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Kita keringkan kertas-kertasmu di coffee shop sudut jalan ya?" kata sang pria tersenyum hangat.
Tiba-tiba ia berhenti, memperhatikan seorang wanita berpenampilan biasa. Ya, biasa, penampilannya polos. Sikap kurang percaya diri, tatapannya memandang kesana kemari kagum kepada wanita-wanita bergaya profesional yang berlalu lalang disitu.
Sang Malaikat terus memperhatikan sang wanita, memandang jauh ke dalam dirinya. Wanita yang baik, ia bisa mencintai sepenuhnya. Hanya saja kesempatan itu belum datang, mungkin sekarang waktunya..
Sang malaikat kembali mencari, berkeliling menembus ratusan manusia yang berlalu lalang. Seorang pria tampan dengan segelas espresso ditangannya. Sangat tampan dan percaya diri, meskipun ada yang hilang. Hatinya seperti tersakiti. karena wanita yang terlalu cantik, yang akhirnya meninggalkannya demi seorang pria lain.
Sang malaikat mencoba mencerna, pria yang tersakiti oleh wanita. Terlalu banyak wanita, yang hanya menginginkan kesenangan dan harta. Lalu malaikat itu tersenyum kecil dan mengepakan sayapnya mendekat.
Wanita berpenampilan biasa itu terus berusaha menembus orang-orang yang berlalu lalang didepannya, ia tak terburu waktu, tapi banyaknya orang-orang membuatnya bingung, sehingga tak diperhatikannya jalanan di depannya.
Dari arah lain sang pria berjalan menunduk, sambil sesekali menghirup kopinya. Pikirannya bercabang membuatnya tak bisa berkonsentrasi.
Lalu...
Brukkk...
Tak terelakan lagi keduanya bertabrakan. Espresso yang dibawa pria itu tumbah mengenai tumpukan kertas yang dibawa si wanita.
"Maaf.. maaf" kata sang pria sambil memunguti kertas-kertas sang wanita."Aduh.. aduh, kertas ini sangat penting. Bahan untuk meeting hari ini" sang wanita ikut memungut kertas-kertasnya. Gugup dan panik.
Sang pria mengangkat kepalanya, merasa bahwa sebentar lagi sang wanita akan memaki-makinya karena telah membuat berkas-berkas penting itu basah. Sang malaikat bersiap-siap untuk memberikan bubuk cinta pada sang pria, agar ia bisa jatuh cinta pada wanita yang baik namun biasa-biasa saja. Tapi sebelum menaburkan bubuk itu sang malaikat terhenti.
"Tidak apa-apa, aku juga salah" kata wanita itu sambil tersenyum lembut. Sang pria terkagum. Bukan, wanita itu tidaklah terlalu cantik. Ia biasa-biasa saja.
Namun karena 'biasa-biasa' sang pria tersebut jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Kita keringkan kertas-kertasmu di coffee shop sudut jalan ya?" kata sang pria tersenyum hangat.
Sang malaikat tersenyum saat melihat keduanya memasuki coffee shop di sudut jalan itu. Ia pun memasukan kembali bubuk cintanya. Lalu mengepakan sayapnya lembut menjauhi dua manusia tersebut.
Kekuatan malaikat untuk menyatukan cinta kalah oleh kekuatan secangkir kopi hari ini, pikir sang malaikat sambil terus tersenyum.
Ah cinta memang tak bisa ditebak ya.. datang tak dijemput, pulang tak diantar (lho, itu jelangkung ya?)
Kekuatan malaikat untuk menyatukan cinta kalah oleh kekuatan secangkir kopi hari ini, pikir sang malaikat sambil terus tersenyum.
Ah cinta memang tak bisa ditebak ya.. datang tak dijemput, pulang tak diantar (lho, itu jelangkung ya?)
No comments:
Post a Comment