Thursday, March 8, 2012

Bicaralah Padaku..

Aku sudah memohon, menangis dan berteriak. Aku sudah berlutut dihadapanmu.. yang aku inginkan hanyalah kau bicara lagi padaku. Tapi tidak, itu tidak terjadi. Kau tidak mau bicara lagi padaku. Bahkan saat aku berada dekatmu, kau mengacuhkanku, bahkan tidak melihat sedikitpun padaku. Betapa kejamnya... padahal minggu lalu kau masih bilang kau sayang padaku. Kau bilang kau cinta padaku, dan kau janji tak akan meninggalkan aku. Tapi sekarang?

Kayla termenung, dari kejauhan ia melihat Ruben yang sedang memandang ke luar jendela kelas. Rupanya dosen favoritnya sudah tak lagi mampu menarik perhatiannya. Kayla mengikuti pandangan mata Ruben, namun tak ada apa-apa diluar jendela. Hanya langit yang sedikit kelabu, tak menarik.
Ruben, yang seminggu lalu masih miliknya. Yang seminggu lalu masih selalu bersamanya, kini hanya raganya, pikirannya terlihat sudah hilang entah kemana. Kalya merasa dadanya sakit, sakit sekali.. Aku kangen Ruben.. aku ingin memeluknya lagi.. aku ingin Ruben ..



ooo



Dua minggu berlalu, tak ada perubahan sikap Ruben terhadapnya. Ia tetap cuek, bahkan melihatpun tidak. Kayla kini hanya terdiam, airmatanya sudah kering. Tak ada lagi yang menetes, kering bersama hampanya hati. Tak ada lagi rasa, sakit itu sudah menguasai seluruh tubuh. Kayla terdiam, sorot mata terluka memandang tubuh Ruben yang kita terlihat semakin kurus.
Kayla melihat Ruben, Ruben hanya melihatnya sepintas. Ia ingin merengkuh tubuh itu, ingin memeluknya erat . Lalu Kayla melangkah.. melangkah pelan.. pergi..
Ragu, ia pun berbalik sekali lagi menghadap Ruben, dan sekali lagi memohon..
"Bicaralah padaku.... aku mohon, untuk yang terakhir kali" Kayla menunggu. Tak ada jawaban.
Kalya tau, Ruben tidak akan pernah bicara lagi padanya....
Kayla berlari, pergi dalam isaknya.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Ruben melangkah lambat menuju sebuah toko bunga disudut jalan. Ia membeli serangkai bunga mawar putih kesukaan kekasihnya.
"Untuk pacar ya?" sang penjaga toko bunga menggoda, sambil tangannya sibuk menyiapkan rangkaian bunga untuk Ruben.
"Iya"
"Wah, mau tambah kartu? jadi kamu bisa tulis sesuatu untuk pacar kamu"
Ruben berpikir.. lalu mengangguk. Ia pun memilih sebuah kartu mungkin berwarna perak dan pink. Ia pergi ke sudut dan mulai menulis kartunya.
Dear Kayla.. begitu Ruben memulai tulisannya.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Kayla sudah memutuskan untuk pergi. Mungkin memang sudah saatnya ia membiarkan Ruben sendiri, dan membiarkan dirinya menerima kenyataan. Meskipun semuanya teramat sakit. Kayla merasa dadanya nyaris meledak. Tidak.. ia tidak ingin menangis lagi.
Kayla berjalan lambat menuju tempat terakhir yang ingin dikunjunginya sebelum pergi. Dan ia tersentak melihat serangkaian mawar putih tergeletak manis. Ia berlari.. berlari menghampiri rangkaian mawar itu. Ia menghirup dalam-dalam wangi mawar putih itu. Ia mencoba menyentuhkan dengan ujung jemari.. Dan .. ia melihat kartu itu.
Kayla tak dapat lagi menahan tangisnya, ia menangis, meraung, memohon Ruben untuk kembali. Namun ia sadar, Ruben tak pernah pergi.. Ia yang sudah pergi.

Dear Kayla..
Beberapa minggu sudah berlalu sejak kepergianmu
aku merindukanmu.. sangat..
Dan aku bisa merasakan kau selalu ada didekatku
Kayla, mengapa kamu meninggalkan aku?
padahal aku sangat mencintaimu?
tapi aku bahagia, sekarang kau sekarang sudah bebas dari kanker sialan itu
aku harap kamu bisa berbahagia disana
ada dan tiada dirimu,
aku selalu disini mencintaimu
-Ruben-



Sekali lagi Kayla harus menerima kenyataan, ia memandang pusara marmer dengan salib besar ditengahnya. Ia kini membaca tulisan di pusara tersebut. Mencoba menajamkan mata dan membacanya, Kayla menjatuhkan tetes terakhir air matanya dan hatinya berusaha menerima...



RIP
Kayla Natalia
4 Mei 1988 - 30 Agustus 2010

No comments:

Post a Comment