Thursday, October 23, 2008

Cerpen - Obrolan Titi dan Mang Pardi

Titi hampir tertidur padahal pak Goni, guru matematika lagi nyap nyap didepan kelas. Bersemangat sekali beliau nerangin rumus-rumus yang sama sekali gak masuk ke otak Titi.
"Titi !!" logat Sumatera kental mengagetkan Titi.
"Kamu tidur ya?!"
"Eh.. nggak kok Pak"
"Nggak apanya, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri" Ya iyalah, masa melihat pake mata kepala orang lain, gimana caranya? pikir Titi dalam hati.
"Nggak tidur kok pak, saya cuma lagi mikirin jawaban soal nomor lima" kata Titi melengos.
"Nomor lima nenek kamu, soalnya kan cuma sampai nomor tiga. Sudah sana keluar, kamu saya skors dari pelajaran saya dua kali pertemuan"Horeeeee.... Titi bersorak dalam hati, gimana kalau diskors selama-lamanya aja pak? pikir Titi sambil berjalan keluar kelas langsung menuju kantin.
"Es jeruk donk, sama mie ayam ya bu"kata Titi menghampiri ibu kantin.
"Eh neng Titi, kok gak masuk kelas, bolos ya?"kata mang Pardi penjual minuman sambil cengengesan minta di cium panci.
"Enak aja, ini privilege buat gue tau, yang laen belajar, gue santai-santai"kata Titi mendaratkan pantatnya di kursi kayu panjang.
"Eh naon eta pripi... pripi..?"
"Ih, gitu aja ga ngerti"kata Titi dongkol.
"Yaa jangan gitu donk non Titi, kan mamang gak pernah sekolah. Boro-boro ngerti bahasa gituan, make bahasa Indonesia yang baik dan bener aja mamang ga bisa"
"Tapi masa gitu aja ga bisa sih mang?"
"Yah, kalau mamang bisa mah, mamamg gak mungkin jualan minuman kaya gini atuh neng. Pan mamang juga punya cita-cita pengen jadi pengusaha minuman. Tapi yah gimana, gak ada modal dan kemampuan. Jadi cuma bisa jualan minuman disekolah"kata-kata Mang Pardi membuat Titi terenyuh. Kasihan juga nasib orang-orang seperti Mang Pardi ini, datang jauh-jauh dari kampung di Jawa Barat. Harus mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya.
"Mamang mau sekolahin anak mamang juga gak sanggup neng, padahal si Ujang anak mamang paling gede jago tah matematikanya. Pas ada lomba matematika antar daerah dia juara satu"
"Wah hebat banget Mang, sekarang kelas berapa si Ujang?"mau gak mau Titi merasa kagum sama perjuangan Mang Pardi.
"Harusnya sih kelas 2 SMU neng, tapi sekarang udah berenti neng, gak ada biaya"kata mang Pardi sambil tertunduk lesu. Aduh, Titi jadi gak tega ngeliat mang Pardi.
"Padahal si Ujang senang sekali belajar neng" mata mang Pardi memerah. Titi jadi merasa tidak enak. Ia teringat lagi alasannya berada dikantin ini, gara ketiduran dipelajaran matematika. Padahal si Ujang anak mang Pardi mau sekolah saja gak ada biaya, sekarang Titi yang sudah dibiayai sekolah, dengan uang jajan yang cukup juga, malah jadi malas-malasan. Titi sekarang merasa seperti tidak menghargai apa yang sudah diberikan Tuhan kepadanya. Keadaan yang serba berkecukupan membuatnya terlena. Ah mengetahui nasib si Ujang, Titi merasa seperti ditampar, diingatkan kalau masih banyak saudara-saudara kita yang tidak mampu. Boro-boro makan bangku sekolah, makan nasi dan lauknya jauh lebih murah dan lebih gampang dimakan daripada bangku sekolah aja mereka kadang gak sanggup. Duh, Titi merasa bersalah, ingin rasanya ia melakukan sesuatu. TRING!! Tiba-tiba muncul lampu di otaknya, sehingga pikirannya menjadi terang, ia punya ide bagus! Ia pun langsung menghubungi mamanya via ponsel.
@#$%^&*(%^&
"Mang Pardi..."Kata Titi dengan sumingrah setelah mematikan HP nya.
"Iya neng?"
"Mang, si Ujang mau gak ya disuruh ngelesin Titi matematika. Titi sudah bilang sama mama, mama bilang boleh. Kan lumayan mang, Ujang bisa dapat uang, bisa sekolah lagi"
"Wah... neng, beneran nih neng? si Ujang pasti mau sekali. Sekarang dia cuma bantu-bantu ibunya jual gorengan" kata Mang Pardi girang.
"Beneran Mang, Titi kan jeblok banget matematikanya. Ini aja saya ke kantin gara-gara di skors sama Pak Goni. Titi ketiduran di kelas tadi" gantian Titi yang cengengesan pengen dicium bradpitt.
"Wah makasih banget non, Ujang pasti senang sekali. Mungkin nanti Ujang bisa sekolah lagi ya neng?"
"Pasti mang Pardi, Ujang pasti bisa sekolah lagi. Nanti Titi tawarin teman-teman Titi siapa tau ada yang mau ikut les juga. Wah Titi juga sekarang jadi bersemangat belajar nih"
"Iya, neng Titi juga harus rajin, kasihan orangtua yang sudah membiayai" Titi mengangguk pasti. Ia bertekad dalam hati, mulai sekarang ia akan rajin belajar. Ia tidak akan mensia-siakan apa yang orangtuanya sudah berikan. Terlebih, ia tidak ada mensia-siakan talenta yang Tuhan berikan terhadapnya. Terima kasih Tuhan, terima kasih mang Pardi dan Ujang! ^^
nina^^

No comments:

Post a Comment