Wednesday, October 22, 2008

Cerpen - Ika

Ika merenung kala dilihatnya photo anak-anak gank nya. Ada Andi disitu. Andi yang entah mengapa kini menghilang, sudah lama ia tidak melihatnya lagi. Bila Andi menghindar dari Ika itu adalah hal yang wajar, pikir Ika, karena teman-teman mereka yang sengaja menjodoh-jodohnya Ika dan Andi. Kelihatannya Andi biasa-biasa saja pada Ika, dan Ika pun merasa demikian, tidak ada perasaan sedikitpun pada Andi. Teman ya teman.
Namun sejak Andi menghilang ada perasaan aneh di hati Ika. Ika penasaran kemana Andi pergi, ia tidak pernah bergabung lagi dengan mereka. Ika ingin menanyakan pada teman-temannya, tapi nanti pasti langsung digosipkan. Bertanya langsung pada Andi? tentu saja Ika tidak berani.
Jadi biarlah masalah Andi mengendap kembali seperti sedia kala. Tapi tidak, semakin lama didiamkan Ika semakin penasaran. Tapi Ika tidak tau kemana harus mencari Andi?
Hingga suatu hari, Ika bertemu lagi dengan Andi dan teman-teman mereka. Kali ini sudah tidak ada gosip antara Ika dan Andi, karena sudah terlalu lama Andi menghilang. Sepertinya semua teman-teman Ika tau kemana Andi menghilang selama ini, karenanya ketika Andi muncul kembali mereka tidak heran. Beda dengan Ika yang kaget ketika Andi tiba-tiba muncul. Endapan dalam hatinya terasa ingin keluar tapi Ika tahan. Bahkan demi gengsi Ika hanya berbasa-basi dengan Andi. Tak ada obrolan lebih lanjut, bahkan Ika tak menanyakan kemana saja Andi selama ini. Ika tidak mau tau, gengsi bertanya. Ika tidak mau Andi berpikir kalau Ika menyukai Andi karena pada kenyataannya memang tidak.
Benarkah tidak ada perasaan? Ah Ika tidak bisa memungkiri kalau ada perasaan lain di hatinya terhadap Andi. Perasaan yang membuat Ika ingin berharap namun tak berani. Membuat Ika ingin membayangkan namun juga tak berani. Ika tak ingin suka pada Andi, karena Andi pun biasa-biasa saja terhadap Ika. Ika takut sakit hati jika tau-tau Andi punya pacar. Jadi jangan sampai perasaan itu berkembang. Jangan.
Kini Andi lebih sering muncul bergabung dengan Ika dan teman-teman, namun mereka berdua masih menjaga jarak. Tak ada yang mendekat, tak ada yang bertanya tentang satu sama lain. Sampai suatu hari Andi mengajak Ika pergi makan.
"Siapa aja yang ikut?"tanya Ika, jarang-jarang Andi telepon.
"Aku, sama kamu"
"Terus anak-anak yang lain?"
"Er.. aku sama kamu dulu, boleh kan?"
"Emh.. boleh"Ika tak berani bertanya ada apa Andi mengajaknya makan berdua, takut disangka ke GRan. Jadi dia meng-iyakan saja ajakan Andi, karena toh sebenarnya dia juga penasaran. Jangan-jangan.....
Ika agak kikuk ketika bertemu Andi berdua, biasanya mereka jarang mengobrol, biasanya ada anak-anak lain yang mengalihkan perhatian. Sekarang hanya mereka berdua, mau gak mau Ika dan Andi harus mencari bahan omongan. Andi terlihat kaku, Ika jadi serba salah.
Malam itu Andi mengajak Ika ke The Peak. Sebuah cafe dikawasan lembang dimana mereka bisa melihat bintang langsung karena sekeliling bangunan cafe itu terbuat dari kaca. Dan malam itu memang begitu indah, bulan bersinar dalam bulatannya yang nyaris sempurna, ratusan bintang terlihat berkedip dan berwarna warni.
Romantis, tapi Ika masih bingung.
Akhirnya mereka memesan steak untuk makan malam. Andi terlihat mencari-cari bahan pembicaraan. Tampak peluh membanjiri dahinya, padahal hari itu cuaca dingin dan Andi tidak makan yang pedas-pedas. Andi hampir tidak menyentuh makanannya sama sekali. Ia menahan seperti menahan sesuatu.
" Sakit perut Ndi?" tanya Ika sambil mengiris steaknya.
"Eh nggak Ka, hum.. gini Ka.."jeda satu menit terjadi. Andi memandang Ika sekali-sekali, lalu langsung memalingkan wajah ketika dirasa mata Ika melihat tepat ke arahnya.
Ika menyuapkan irisan steak ke dalam mulutnya, lalu Andi pun mulai berbicara.
"Ka, mau gak jadi cewek ku?"
Uhukk uhukk... irisan daging tersangkut di tenggorokan Ika.
"Aduh.. Ka, minum dulu Ka.."
Uhuk uhukkk.. glek glek. Ika meminum jus jeruknya. Terlihat matanya berkaca-kaca, bukan karena terharu tapi karena keselek.
"Sorry Ka.. aku bikin kaget ya"kata Andi nyengir.
"Gak papa Ndi. Emang kamu serius?"
"Iya Ka, udah dari dulu aku suka sama kamu. Cuma aku sempet ragu" Ya, aku tau Ndi, karena aku emang cewek yang dibawah rata-rata dari segi penampilan, manis tidak, cantik boro-boro.
"Tapi setelah aku berpikir, akhirnya aku putusin untuk ngomong sama kamu Ka"
"Oo.. "kata Ika sambil bengong, pikirannya tiba-tiba penuh. Ika gak tau harus seneng atau gimana. Ika memang suka, tapi apa cukup suka saja untuk memulai suatu hubungan?
Ika tidak merasa mengenal Andi dengan baik, karena Andi tidak pernah pedekate sama Ika. Ika tau selama ini Ika suka Andi karena apa yang dilihat dari luar saja, tapi bagaimana Andi sesungguhnya Ika benar-benar tidak tau.
Lagipula, tingkah laku Andi yang selalu menghindar dari Ika selama ini, membuat rasa suka Ika hilang. Berganti dengan ketidak pedulian dan tidak mau tau terhadap Andi.
Mungkin mereka berdua sama-sama gengsi, pikir Ika. Andi lebih gengsi, Ika hanya takut sakit hati.
"Ika..."
"Ya?"
"Bagaimana, apakah Ika ada rasa terhadap ku?"
"Ah ya.. ada, tapi sudah hilang ketika Andi selalu tidak peduli padaku. Andi selalu menghindariku, tidak seperti kepada teman-teman yang lain. Ika tidak peduli apakah itu karena kamu memiliku perasaan terhadapku. Namun kalau Ika lihat dari sikapmu, seperti nya Andi malu kalau kita digosipkan"
"Yah.. "Andi tak bisa mengelak, dulu memang ia malu dijodoh-jodohkan dengan Ika, karena Ika memang tidak cantik, tidak manis, bahkan kurang dari biasa-biasa saja. Namun entah kapan rasa itu mulai menghinggapi Andi. Dan semakin Andi mencoba menghindari Ika, bahkan dengan menghilang beberapa lama, Andi malah tersiksa, kangen sama Ika. Karena itu akhirnya Andi kembali bergabung dengan teman-teman, dimana ada Ika disana. Namun tetap malu untuk memberi perhatian terhadap Ika di depan teman-temannya. Sampai akhirnya Andi menyerah, ia suka Ika, Ika yang baik dan sabar, Ika yang lucu, tidak peduli bagaimana penampilan Ika, kepribadian Ika jauh lebih baik daripada sekedar penampilan.
"Maaf Ndi, Ika tidak bisa. Ika sudah membuang perasaan rasa suka Ika jauh-jauh saat kamu menghindari Ika"
Andi hanya terdiam, tak menduga bahwa cintanya akan ditolak. Cintanya ditolak ketika dirasanya ia sudah cinta mati pada Ika. Terlebih Ika ternyata pernah suka padanya, namun sikapnya pulalah yang membuat Ika juga membuang perasaannya.
Ah...
*nina^^

No comments:

Post a Comment