Friday, October 17, 2008

Menjadi lebih BaIK

Setiap manusia pasti ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya. Itu berarti sebuah perubahan, sebuah pengorbanan, sebuah perjuangan. Hal yang tak pernah mudah. Langkah awal yang harus diambil merupakan bagian tersulit. Mengambil keputusan, dan mulai melaksanakan keputusan yang kita ambil. Harus berdisiplin diri dan teguh berkomitmen. Tapi semuanya tentu saja sangat layak, untuk menjadikan diri kita menjadi pribadi yang lebih baik. Menjadi lebih baik tidak hanya dari pandangan orang lain, tetapi diri kita sendiri harus mengakui kalau kita bisa menjadi lebih baik, dan semakin baik :)

Nina^^

Tuesday, October 7, 2008

Untuk seorang teman

Jangan takut teman, aku tau aku hanya seorang teman untukmu. Jangan menjauh karena kau pikir aku mengharap lebih padamu. Tidak, aku tak berharap. Kalaupun ia aku cukup tau diri, menahan sampai batas-batas tertentu karena tak ingin terluka. Karena aku tau jatuh cinta padamu, akhirnya aku sendiri yang akan terluka.
Tetaplah menjadi temanku, dan biasa-biasa saja. Akupun akan demikian. Tak akan kubiarkan sesuatu muncul di hatiku terhadapmu. Tak akan kubiarkan hatiku tersia-sia lagi berharap tanpa pengharapan.
Biarlah sepi, biarlah seperti itu. Aku temanmu, yang akan selalu mendukungmu.
Tapi jangan menjauh karena takut aku berharap padamu. Aku sudah cukup sering jatuh cinta, dan lebih sering lagi patah hati. Dan tidak akan kubiarkan kini hatiku patah lagi karenamu, teman..

Maaf

Dan kurasa sebentar lagi sesuatu akan berlalu, meninggalkan jejak yang lalu terhilang, hanya manisnya yang tertinggal.
Akhirnya terjadi lagi, sesuatu yang membuat hatiku terserak. Ini memang karena aku, tapi itulah kenyataanya. Dan entah mengapa selalu begitu..
Maaf telah menyakitkan. Bagiku juga menyakitkan, dan yang paling menyakitkan adalah melihatmu kecewa, sakit.. maaf.
Tak ada lain kata, akan kucoba perbaiki diri. Sungguh aku tak pernah berbohong tentang hatiku
bahwa sesuatu di sudut sana menginginkanmu.
Tapi sudahlah, doa tak terkata juga tak terlaksana. Aku tau yang seharusnya, dan itu adalah seperti ini.
Memang kita akan selalu begini, tak akan pernah satu, tak akan pernah tau.
Aku sungguh sungguh......

Monday, September 8, 2008

Details...


Hari ini tanggal 8 September 2008, ada 2 orang yang aku kenal berulang tahun : Elvira dan Edwin. Happy Birthday friends.. :) you have been such a greet blessing for me ^^
Thanks God for give them, knowing them in my life - as a sister and brother ^^

Renungan hari ini : Details

Hari ini aku memasuki toilet di tempat kerja, dan aku tau kalau bilik toilet ini tidak selalu bersih, malah terkadang sangat jorok sekali. Dan aku selalu memilih salah satu yang terbersih.
Entah mengapa begitu sampai di toilet dan hendak memilih bilik toilet, aku berdoa, Tuhan tolong berikan bilik yang bersih. Aku tidak tau mengapa aku berdoa untuk hal yang sesimpel itu. Aku memasuki salah satu bilik, dan mulailah terjadi sebuah renungan yang akhirnya aku tuliskan ini :) disaat aku menemukan sebuah kertas iklan tergeletak di dalam bilik tersebut sebagai sampah. Aku mulai berpikir untuk membuangnya ketempat sampah, atau hanya membiarkannya karena kertas iklan itu memang tak berguna buatku. Awal pemikiran ini yang membuat aku akhirnya mulai merenung. Lalu keluar dari toilet aku bertemu beberapa orang yang tidak aku kenal dan hanya sepintas lalu, aku mulai berpikir lagi apakah pertemuanku dengan orang-orang ini membawa dampak terhadap hidupku? sepertinya tidak, karena toh aku sendiri tidak kenal, dan tidak mau tau. Belum tentu juga aku bertemu lagi dengan mereka, dan biarpun bertemu lagi aku belum tentu ingat. Aku mulai berpikir kalau semuanya tidak ada gunanya, hanya seperti angin lalu saja. Tapi ternyata aku salah karena dengan adanya kertas iklan dan orang-orang sepintas lalu itu aku mulai berpikir , apakah ini merupakan sebuah detail yang Tuhan ciptakan untukku? Agar aku merenungkan sesuatu? Ya, aku mulai merenungkan sesuatu :

Tuhan, apakah setiap detik, setiap detail yang Engkau berikan kepadaku sudah Engkau rencanakan? Dan semuanya, bahkan kertas iklan yang aku temukan, orang-orang yang tanpa sengaja aku temui, semuanya merupakan caramu untuk berbicara kepadaku. Aku seperti diingatkan Tuhan tentang setiap detail yang terjadi dalam hidupku, juga setiap detiknya. Aku diingatkan bahwa detail dalam kehidupan kita, Tuhan sudah menyiapkannya, dan semuanya terjadi bukan karena ketidaksengajaan, tetapi karena Tuhan memang mengaturnya supaya terjadi demikian :)

Dan dari sana aku mulai merasa, bahwa setiap detail adalah berharga, setiap detik waktu kita adalah berharga. Kita bisa belajar merenung dan berusaha memahami setiap detail yang ada, karena mungkin saat itu Tuhan sedang rindu berbicara kepada kita.

Setiap detail waktu, kejadian, benda, tempat, cuaca, sikap seseorang (yang kita kenal ataupun tidak kita kenal) semuanya Tuhan sudah atur untuk kita :) Karena itu kita harus senantiasa bersyukur, untuk setiap kejadian apapun yang sudah, sedang dan akan terjadi, setiap benda yang kita miliki, setiap benda yang ada disekeliling kita, waktu yang sudah berlalu, yang sedang terjadi dan yang akan datang, tempat dimana kita pernah, sedang dan akan ditempatkan, cuaca, dan sikap seseorang (yang kadang tidak selalu menyenangkan). Bersyukurlah karena semuanya merupakan detail yang dibuat khusus oleh Tuhan untuk kita, renungkanlah karena Tuhan berbicara melalui setiap detailnya, dan kita akan mendapatkan kekuatan, kita akan mendapatkan bahwa diri setiap jengkal tubuh kita, setiap detik waktu kita tidak pernah sia-sia, bahwa diri kita berharga dimata Tuhan, karena itulah semua detailnya diciptakan. Because Jesus loves you :)

Amin!

Tuesday, June 17, 2008

love life

cintaku merah
hidupku putih
bila aku memaksakan mereka bersatu
tak akan ada lagi merah dan putih
tak ada lagi cinta
tak ada lagi hidup
jadi biarlah
tetap seperti apa adanya
hidup tanpa cinta
dan
cinta tanpa hidup
*singapore 17.06.08*

Monday, June 16, 2008

Fiction : Gue, kamu dan dia


“Nis, menurutmu, gimana kalau cewek selingkuh?”
“Hah, kenapa Ndra? jangan bilang si Fita selingkuh” mata Fadly melotot lebar. Gue ketawa ngeliatnya.
“Hahahah… enggak lah, ga mungkin si Fita selingkuh. Dia kan cinta mati ama gue” kata gue sambil ketawa.
“Nah, itu gue percaya Ndra, masalahnya, lo cinta mati ga ama si Fita?”
“Cinta lah, tapi gak sampe mati” kata gue sambil melenggang keluar mobil.
“Gila lu” masih terdengar teriakan Fadly dari dalam mobil.
—–
Gue masuk apartmen gue dengan girang, gak tau kenapa tapi belakangan ini gue merasa bahagia. Biarpun cewek gue, Fita lagi holiday ke luar negeri bareng sodara-sodaranya. Sementara gue tertinggal disini karena ga sanggup beli tiket keliling Eropa. Pertama gue BT gara-gara Fita ngajakin gue, dengan iming-iming ” aku yang tanggung biayanya Ndra”. Pengen sih, cuma gengsi gue lebih gede. Biar gimanapun gue kan cowok.
Beberapa hari ditinggal Fita gue uring-uringan sendiri, sepi, ga ada yang merhatiin gue, ga ada yang nemenin. Cuma sms-sms Fita yang ingetin gue makan dan lain-lain. Tetep aja ga ada yang nemenin makan.
Tapi sekarang gue udah ga uring-uringan kok, sejak pertemuan gak sengaja gue sama Silva. Cewek manis didalam bis, eh.. cewek manis di dalam taxi. Secara pertemuan gue ama dia gak sengaja, tapi yang dia tuh cakep abis. Seksi, cantik, hot!!
Ceritanya gini, waktu itu gue lagi nunggu taxi. Begitu taxi dateng dan gue masuk, tiba-tiba ada seorang cewek yang rusuh banget, masuk dalam taxi dan buru-buru nyuruh jalan. Gue gak sempet komen apa-apa waktu itu, secara gue kaget, kaget gara-gara tu cewe tiba-tiba masuk, dan pas gue mau ngomel-ngomel baru gue sadar, ternyata si cewek cakep abis!! Gue sampe tersepona ga bisa ngomong.
Merasa diperhatiin, tu cewek balik mandangin gue lalu tersenyum. wow.. gue hampir melayang.
“Hai, gue Silva. Sorry ya gue masuk taxi lo tiba-tiba” duh , suaranya sesexy orangnya!! Gue gak tau kenapa ga bisa nyaut, gagu dan cengar-cengir bego.
“Eh lu kok diem aja?” dia melambai-lambaikan tangannya didepan muka gue.
“Eh..iya anu, gak papa kok” kata gue berusaha jawab. Silva masih tersenyum seksi.
“Nama lo siapa kalau boleh tau?”
“Gue Candra” kata gue mulai jaim. mengulurkan tangan, padahal berharap bisa menyentuh tangannya yang pasti mulus abis.
Akhirnya pembicaraanpun berlanjut, kita memutuskan untuk pergi ke sebuah cafe di kawasan Kelapa Gading.
Gile, gue ngerasa bangga banget jalan bareng Silva. Bodynya itu bo! bikin beberapa cowok ngelirik. Body nya bener-bener kayak gitar spanyol, pada berisi. Beda banget ama Fita yang body-nya biasa-biasa aja. Lurus gak berlekuk.
Sejak hari itu gue sering pergi bareng Silva, semakin hari gue semakin tau tentang dia. Kerjaanya sebagai seorang sekretaris terasa berat karena harus membiayai adiknya yang masih kuliah. Gue ngerasa sedikit iba, karenanya gue rela deh anter-jemput dia naek taxi, karena gue sendiri belum sanggup beli mobil. Jalan-jalan dan makan gue bayarin juga biarpun lama-lama gue sempet mikir juga kalo pengeluaran gue jadi boros. Tapi buat Silva, apa sih yang enggak?
Dia tuh bener-bener beda, dia bisa ngertiin gue dengan keberadaan gue sekarang. Mungkin gara-gara kita senasib, harus bekerja di Jakarta dengan gaji yang ala kadarnya. Beda banget sama Fita yang emang dari keluarganya udah kaya. Dia mau kerja ato gak kerja juga sama aja. Mau beli barang, gak perlu nabung. Kemana-mana bawa mobil CRV baru. Biarpun Fita gak pernah ngeluh, bahkan dia selalu support gue dan gak pernah peduli dengan keluarganya yang kadang mandang sebelah mata ke gue. Tapi tetep aja, ada beberapa hal yang gue gak bisa nyambung sama dia.
Tapi hari ini semuanya bakal berlalu! Hari ini Fita datang dari Eropa. Hari ini punya rencana yang bakal ngerubah hidup gue.
” Fit, kapan bisa ketemu?” telpon gue. FIta baru saja sampai rumah.
“Besok aja ya Ndra, Fita capek banget. Oh ya banyak oleh-oleh buat kamu. Besok FIta kerumah kamu ya”
“Oh ya udah, sampai ketemu besok ya Fit, kamu istirahat dulu aja, ok”
Keesokan harinya Fita bener-bener ketempat gue dengan segudang oleh-oleh. Setelah peluk cium akhirnya gue bertekad buru-buru selesein masalah ini.
“Fit, gue mau ngomong sesuatu”
“Ngomong aja Ndra” kata Fita sambil beresin oleh-olehnya setelah dipamerin ke gue.
“Mengenai hubungan kita Fit” Fita langsung terdiam dan ngeliatin gue. Gue sempet grogi juga. Biarpun body lurus, tapi FIta juga cantik, keibuan dan sabar. Tapi tetep aja bumi dan langit ga bisa bersatu, mendingan gue nyari mahluk dari bumi juga, kaya Silva.
“Gue.. gue mau kita putus Fit” kulihat Fita terhenyak.
“Jangan bercanda Ndra”
“Gue serius Fit”
“Tapi.. kenapa Ndra? Fita ada salah apa sama kamu?”
“Gue.. kamu ga ada salah apa-apa Fit, cuma, gue ga bisa sama kamu. Kita tuh kayak bumi dan langit, segimanapun gue coba bikin tangga buat mencapai langit, gue tetep gak bakalan nyampe” Ah, dosa gue gede banget pake alesan ini buat putusin Fita.
“Tapi Ndra, Fita sendiri yang pingin turun ke bumi biar bisa sama kamu” kata FIta mulai menangis.
“Kamu bisa coba FIt, tapi kamu gak bakal tahan, dan bakal terus memandang ke langit minta bantuan. Udahlah Fit, keputusan gue udah bulet” Fita terus menangis sesenggukan.
“Ya sudahlah Ndra, Fita ga bisa bilang apa-apa. cuma sedih aja kenapa kamu ngomong kayak gitu. Emangnya selama ini Fita kurang apa? FIta nuntut apa dari kamu? Sudahlah” Fita berjalan keluar sambil terus menangis. Sekali kulihat dia berhenti ragu, berbalik, memandangku dengan wajah penuh airmata. Kutegarkan diriku mesti titik bening hampir jatuh juga dari sudut mataku. Akhirnya Fita berbalik lagi, berlari keluar.
Ahh.. lega sudah perasaanku sekar ang.
Keesokan harinya aku memulai rencana lainku, nembak Silva. Silva udah mau diajak janjian nanti malam. Tak perlu ragu karena gue yakin 100% Silva gak akan nolak gue.
Malam harinya gue nunggu Silva di sebuah cafe romantis di PIM.
15 menit.. 30 menit.. Silva tak kunjung datang. HP nya tak diangkat. Gue panik, takut ada apa-apa sama dia.
1 jam..
Gue gak tau lagi gimana perasaan gue, panik, kesel. Sampai akhirnya gue keluar dari cafe itu, berjalan gak tentu arah. Mataku melihat kesana-kemari tanpa fokus yang jelas. Sampai akhirnya di counter LV gue ngeliat dia. Ya! Silva dengan seorang cowok, nempel kayak perangko sambil milih-milih tas LV. Mata gue hampir copot ngeliatin mereka berdua. Tiba-tiba kulihat Silva meliat ke arah gue, dia tersenyum dan melambaikan tangan. Senyumnya sama seperti pertama kali kita bertemu. Lalu dia berbicara dengan cowok itu, cowok itu menganggkuk dan Silva menghampiriku.
“Hai Candra, sorry gue ga bisa dateng. Mau kabarin tapi HP gue ketinggalan” kata Silva santai.
“Oh. ya.. itu siapa?” gue gak tau mau ngomong apa.
“Cowok baru gue. Perfect Ndra, bisa biayain tujuh turunan gue” kata Silva tertawa renyah.
“Gue masuk dulu ya” Dia pun melenggang dengan seksinya. Menyisakan batu satu ton di hati gue.
Oh Tuhan… betapa dunia ini tidak adil, atau adilkah?
*singapore 14 june 08*

Thursday, June 12, 2008

LULUH

Yogyakarta, 12 Febuari 2005 21.30 pm

saat terindah saat bersamamu

"Sandra, kau masih ingat ketika pertama kali kita bertemu?" tanya Kris sambil memandang lekat mataku Aku hanya tersenyum.
"Kau begitu galak saat itu" Mata Kris terlihat tersenyum.
"Masa sih?"Tak urung aku membalas senyuman itu. Sungguh, aku ingin menyentuhmu Kris.
"Iya, apalagi kau sempat marah-marah, masa kamu tidak ingat?" Aku tak ingin mengingat masa itu. Kejadian memalukan yang menyebabkan aku marah-marah kepada Kris.

begitu lelapnya aku pun terbuai

"Besok aku pergi Kris"Aku menahan pedih dalam hati. Betapa aku tidak ingin meninggalkan tempat ini, meninggalkan Kris. Pertemuan yang begitu singkat serasa mimpi yang harus berakhir. Aku menahan tangisku didalam hati.
"Tak apa-apa Sandra, kita bisa bertemu lagi di Jakarta kan?"Kris menghapus tetes bening yang jatuh ketika aku mengerjapkan mataku.
"Kota ini membuatku jatuh cinta Kris" Dan juga kau Kris, waktu yang kita habiskan di kota kecil ini denganmu membuatku jatuh cinta padamu, membuatku tak ingin keluar dari sini. Andai kita bisa menghabiskan waktu kita berdua disini Kris, tentu semua sangat menyenangkan. Aku pasti bahagia sekali.
"Aku juga jatuh cinta pada kota ini" Kris memelukku erat dari belakang, mencium rambutku.
Apa kau jatuh cinta padaku juga Kris? Apa maksudmu memperlakukan ku begini? Aku tak sanggup bertanya, aku hanya ingin menikmati malam ini denganmu Kris.
"Apa kita bisa bertemu lagi Kris?" tanyaku berharap.

sebenarnya aku tlah berharap

"Tentu saja, aku akan datang ketempatmu" Kris menundukan kepalanya, menyentuh bibirku dengan bibirnya. lembut, perlahan..

kukan memiliki dirimu selamanya

Bandara Yogyakarta, 13 Febuari 08.35 am
"Aku harus pergi Kris.." Kris memelukku erat. kulihat juga setetes bening disudut matanya. ia memandangku seakan tak ingin melepaskanku pergi. Aku bertanya-tanya, apakah ini pertemuan kita yang terakhir? apakah janjimu untuk mengunjungiku akan kau tepati? apakah ada harapan untuk kita selalu bersama Kris? Satu hal yang aku ragukan, apakah kau mencintaiku Kris? dan berharap mempunyai masa depan denganku?

segenap hatiku luluh lantak
mengiringi dukaku
yang kehilangan dirimu

Pesawatku baru saja meninggalkan landasan, meninggalkan kota ini dan juga Kris. Mataku panas, wajahku panas menahan emosi. dan hatiku terasa lebih sakit lagi. ingin rasanya aku teriak, memanggil namamu agar kamu berada disisiku saat ini Kris.

sungguh ku tak mampu tuk meredam
kepedihan hatiku
untuk merelakan kepergianmu

Aku harap kita bisa bertemu lagi Kris, aku tak berani berharap banyak. tapi apa lagi yang bisa kuharapkan? aku meninggalkan hatiku padamu Kris..

Jakarta, 20 March 2005. 10.15 am
Aku tak sabar, aku berdandan hari ini, setelah sebulan lebih penantian, akhirnya kita bisa bertemu lagi Kris.
Sebulan ini perasaanku sangat tidak menentu. ingin menghilangkan dirimu dari ingatanku. pertemuan kita yang hanya sebentar, menikmati kota Yogyakarta bersama-sama turis di Yogyakarta.Perkenalan yang tidak disengaja karena kau menabrakku di jalanan di Malioboro. Saat itu aku memaki-maki kamu karena hatiku sedang kesal ditambah cuaca yang sangat panas. Tapi kamu mengucap maaf sambil tersenyum. senyummu yang tak pernah mampu hilang dari ingatanku bahkan sampai saat ini. Aku masih ingat harummu, masih ingat genggaman tanganmu saat kita bersama-sama pergi ke borobudur, masih ingat lekat bibirmu malam hari sebelum kita berpisah, dan pelukan perpisahanmu di bandara

ingin ku yakini cinta tak kan berakhir
namun takdir menuliskan kita harus berakhir

Jakarta, 21 March. 07.45 am
Tiba-tiba aku terbangun. Sinar matahari tampak memaksa masuk melalui celah tirai hotel. Kulihat tubuh Kris disebelahku, aku tersenyum menatapnya. Kucium lembut pipinya, ia masih terlelap. Aku menarik selimut menutup tubuhnya. aku segera beranjak dari kasur, ingin cepat membasuh diriku yang terasa lengket. Aku membiarkan air hangat mengalir lembut dari atasku. aku tersenyum mengingat sentuhannya, pelukannya, ciumannya. Aku merasa sudah menemukan seseorang yang akan bersamaku selamanya.

Jakarta, 22 March 2005. 23.15pm di loby hotel

segenap hatiku luluh lantak
mengiringi dukaku
yang kehilangan dirimu

Aku hanya ingin terdiam, aku tak ingin terisak seperti ini. dan mengapa kau juga menangis Kris?? Mengapa??
"Maafkan aku Sandra"Kris terisak juga. dapat kulihat tetes bening disudut matanya, tapi sekarang apa artinya semuanya?
"Sandra, maafkan aku"Aku sudah tak bisa menjawab Kris, aku sudah tak sanggup bicara, bahkan untuk bertanya alasannya pun aku tak bisa.
"Mengapa baru sekarang kau katakan padaku?" aku memaksakan diri bertanya disela sela isak tangis yang tak dapat kubendung lagi, bahuku bergerak naik turun.
"Aku baru memikirkannya tadi malam San, kau tau, ini juga berat bagiku. Aku sayang padamu San"
"Lantas, mengapa kau tidak ingin menikah denganku?"
"Bukan tidak ingin menikah denganku, tapi aku memang tidak ingin menikah. aku ingin selalu bebas sendiri"
Egois, kataku dalam hati. aku tentu tau alasanmu Kris. Kau hanya tidak ingin menikah denganku. kau hanya ingin mencumbuku dan meninggalkanku setelah merasa puas.
"Lantas mengapa kau melakukannya denganku?" pertanyaan terakhir yang aku sendiri tak ingin dengar jawabannya.
"Itu, aku... maafkan aku San. Tapi aku bertanya dulu padamu. Tapi memang aku yang salah San, maafkan aku"Kris merengkuh tubuhku ke dalam tubuhnya. tak kurasakan hangat tubuhmu, tak kurasakan lagi keinginan untuk memelukmu. Kujauhkan diriku dari tubuhmu.
"Sudahlah, aku pergi Kris" aku mengambil tas tanganku lalu berbalik tak ingin melihat wajahnya lagi.
"San.. Sandra.."Kris mengejarku, memengang pergelangan tanganku, tapi aku tau hatimu tak akan berubah Kris. Kau hanya memanfaatkanku dan kini merasa bersalah.
"Sudahlah Kris, keputusanmu tetap tak bisa berubah kan?" aku melepaskan genggamannya, melangkah pergi keluar. hujan yang deras menyambutku, seakan mengiringi seluruh kepedihanku, menyelimuti air mataku.
Aku benci kamu Kris, aku benci sentuhanmu, pelukanmu, senyum hangatmu, aku benci semuanya Kris.Aku menyesal mengenalmu. Aku tak akan pernah memaafkanmu
Aku benci kamu.. Sangat benci kamu..

sungguh ku tak mampu tuk meredam kepedihan hatiku
untuk merelakan kepergianmu..

*singapore, 6 feb 2008*
Songs :
* Luluh - by Samsons