Thursday, April 16, 2009

My friend, Nina Pramesty

Namanya Nina, Nina Pramesty. Panggilannya Nina (sama dengan saya) atau Mesty. Dia teman kuliah saya di Univ Parahyangan Bandung Jur. Hukum angkatan 2000. Anaknya baik, kalem, pendiem, cantik. Kata Sintha idaman cowok2. Saya ga terlalu dekat dengannya, paling cuma ngobrol beberapa kali. karena kami masing-masing sibuk sendiri dan kita punya teman sendiri-sendiri. Ya tapi saya tetap inget dia walaupun sejak lulus kuliah sudah tidak pernah berhubungan lagi.
Baru kemarin teman-teman kampus saya kasih kabar, katanya dia uda gak ada. (Semoga Nina diterima disisi-Nya) Aku pikir berita udah lama yang baru nyampe ke saya, karena saya emang kurang bergosip sama anak-anak, maklum jarang ketemu. Ternyata Nina meninggal baru kemarin pagi (15 April 2009) karena kanker payudara sejak 2007 yang akhirnya sejak sebulan lalu menyebar ke otak. Dan kemarin pagi dia meninggal.
Duh dengernya gimanaaa gitu rasanya. Nina baru seumur saya. Dan katanya dia uda mau nikah, udah liat2 gedung dll. Mereka udah pacaran 7 tahun sejak masih kuliah.
Saya jadi kepikiran kalau hidup dan mati itu benar-benar tidak bisa diprediksi. Dan saya juga jadi berpikir tentang mengucap syukur. Saya manusia biasa yang sering mengeluh, seakan banyak banget cobaan yang saya tidak bisa lalui, menyesalkan masa lalu dan menyesalkan mengapa saya tidak seberuntung orang lain. Tapi setelah kejadian ini saya jadi berpikir, pada saat kita mengeluhkan diri kita, disana banyak sekali orang-orang yang lebih menderita dari kita. Banyak yang berjuang karena tidak ada pilihan, banyak yang bergumul dengan sesuatu yang tidak mereka inginkan. Contohnya teman saya ini, bergumul dengan kanker selama 2 tahun pastilah bukan hal yang mudah, tapi saat itu dia tidak punya pilihan.
Coba pikirkan bagaimana kalau kamu ada di posisi Nina saat itu, dan bandingkan dengan kehidupanmu sekarang. Apa yang kamu pikirkan?
* Turut berduka cita untuk keluarga Nina Pramesty di Bandung

No comments:

Post a Comment